Forum Pengkajia Sejarah Sosial dan Budaya

Aku Sultan Palembang !!!

Oleh : Kemas Ari, S.Pd.
Tanggapan terhadap tulisan Cerpen M. Arpan Rachman :
Siapa Sultan Palembang?



Saya sebagai orang Palembang, yang lahir di Palembang dan Insya Allah akan tetap di Palembang hingga akhir hayat. Saya berkeyakinan bila Kesultanan Palembang Darussalam dihidupkan kembali sebagai institusi budaya, setelah 200 tahun lebih tenggelam seiring waktu. Akan banyak memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintahan di negeri ini.
Membaca Cerpen M. Arpan Rachman yang berjudul Siapa Sultan Palembang? Yang dimuat di Sriwijaya Post Minggu 11 Maret 2007 Halaman 6. saya secara pribadi mengucapkan selamat dan bangga ternyata masih ada orang Palembang yang peduli terhadap Kesultanan Palembang Darussalam (KPD), meskipun melalui kajian-kajian dibidang masing-masing, sesuai dengan profesi yang diamanatkan kepadanya. Namun saya menjadi bingung ketika Saudara M.A.Rachman Menuliskan Dialog yang menyebutkan Nama Husin berulang kali seperti berikut ini “Husin Adikku tersayang”, “Ya Adikku, Husin Tersayang”, “Camkanlah, Husin Karena Kau Adikku, dan Aku menyanyangimu, sungguh.”, “Mendengarkah engkau, Husin Adikku tersayang?” “Husin, dengarkah engkau, adikku Sayang?” “Adikku Husinku” “Kalau saja dia nanti bertanya siapa aku, bertanya kepadamu, Husin. Jawablah siapa aku ini!” “Lama tak terdengar lagi suaramu, adikku Husin tersayang” setidaknya ada 8 kali ungkapan dialog yang keluar menyebut nama Husin yang dinyatakan sebagai adik tersayang oleh orang yang mengeluarkan dialog. Yang menjadi pertanyaan saya Siapa orang yang dimaksud oleh saudara M.A. Rachman?
Pada Alinea ketiga Saudara menyebutkan tokoh Sultan Muhammad Bahauddin yang isinya menceritakan tentang Pembangunan Kantor Dagan Pertama Belanda di Palembang yang kemudian dikenal Loji Sungai Aur pada tahun 1742 dan serangkaian peristiwanya, data yang saudara tulis bersumber pada buku Perang Palembang Melawan VOC Djohan Hanafiah (2002) jika saudara baca ulang sumber yang saudara kutip maka tidak ada data yang menyembutkan bahwa Sultan Muhammad Bahauddin yang memberikan izin pembangunan Kantor Dagang Pertama Belanda di Palembang. Sebab secara logika Sultan Muhammad Bahauddin memerintah pada tahun 1776-1803, jadi bagaimana mungkin Sultan bisa memberikan izin pembangunan kantor dagang Belanda yang dibangun pada tahun 1742, akan lebih tepat saudara tulis Loji Sungai Aur dibangun bertepatan pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo/SMB I (1724-1758),
Sebagai informasi sebenarnya VOC sudah sangat ingin membangun Loji Sungai Aur bahkan kontraknya sudah ditandatangani tahun 1642 yaitu pada masa pemerintahan Pangeran Sedo Ing Kenayan (1639-1650), tetapi pelaksanaannya baru tahun 1662 bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Abdurrahman kholifatul Mukminin Sayidul Imam (1659-1706) mula-mula dibangun diatas rakit, kemudian diganti dengan bangunan kayu, kemudian baru secara permanen dibangun pada tahun 1742.
Kemudian masuk pada Alinea Keempat saudara mengeluarkan dialog Terhadap Husin yang tertulis sebagai berikut “Ya, Adikku, Husin tersayang. Dari Loji Sungai Aur terpecik api peperangan…”. Apakah dialog ini dilontarkan oleh Sultan Muhammad Bahauddin terhadap Husin? (sebagai tokoh yang saudara tulis pada alinea Ketiga), Atau dialog antara SMB II (tokoh yang tidak pernah saudara sebut) terhadap Adiknya Husin Dhiauddin? Sebab saudara tidak secara tegas menjelaskan tokoh Husin yang dimaksud!!!
Sebagai catatan untuk saudara M.A. Rachman bahwa Sultan Muhammad Bahauddin tidak mempunyai adik yang Bernama Husin, tetapi beliau mempunyai anak yang bernama Raden Husin Dhiauddin, jadi penokohan diatas patut dipertanyakan? Berdasarkan catatan silsilah yang ada pada Zuriat Pangeran Bupati Panembahan Hamim (Raden Abdul Qodir Bin Abdul Rachman dan Raden Nawawi Bin R.H. Syahabuddin) mencatat bahwa Sultan Muhammad Bahauddin dan Ratu Agung mempunyai keturunan 13 orang Namun dari data lain yang penulis dapatkan dari Sultan Mahmud Badaruddin III Prabudiradja (Raden Muhammad Syafe’i Prabu diradja) bahwa Sultan Muhammad Bahauddin yang menikah dengan Ratu Agung mempunyai anak (keturunan) sebanyak 9 orang”, diantaranya adalah Raden Hasan (SMB II), Raden Husin (Sultan Mudo) serta Pangerang Bupati Panembahan Hamim. bahwa Zuriat Sultan Bahauddin secara lengkap adalah sebagai berikut;

SULTAN MUHAMMAD BAHAUDDIN + RATU AGUNG (1776-1803) :
1. Raden Ayu Purba Negara Nakiah (Lahir malam isnen jam 3. tanggal 8 Syafar 1175 H. atau
25 november 1761 M.)
2. Raden Ayu Mangkunegara Hamidah (Lahir Malam Jumat, Jam 1.25. tanggal 3 Rejeb 1177
H atau 26 Maret 1764 M.)
3. Raden Ayu Natawikromo Aisyah. (Lahir Malam Sabtu Jam 10. tanggal 28 Muharam 1180
H atau 22 November 1766 M.)
4. Raden Hasan Pangeran Ratu bergelar Sultan Mahmud Badaruddin/SMB II (Lahir Malam
Ahad, Jam 9. tanggal 1 Rejeb 1181 H atau 9 Februari 1768 M.)
5. Raden Husin Dhiauddin bergelar Pangeran Adi Menggalo kemudian bergelar Sultan Akmad Najamuddin II setelah diangkat oleh Inggris sebagai Sultan Mudo. (Lahir Hari
Sabtu Jam 4. tanggal 3 Ramadhan 1183 H atau 19 Maret 1770 M.)
6. Raden Ayu Wikromo Bariah. (Lahir Malam Jumat, Jam 3. tanggal27 Muharram 1186 atau
18 Juli 1772 M.)
7. Pangeran Jayakromo. lahir pada 1188 H. atau 1774 M, (Hari lahir & jam serta tanggal &
bulan tidak tercatat).
8. Pangeran Natawikromo. lahir pada tahun 1189 H. atau 1775 M, (hari lahir & jam serta
tanggal & bulan tidak tercatat.
9. Raden Muhammad Hanafiah. (Lahir Sabtu Jam 2. tanggal 11 Zulqaidah 1990 H atau 10
Maret 1777 M.)
10. Pangeran Bupati Panembahan Hamim. (Lahir Sabtu Jam 8. tanggal 17 Syawal 1192 H atau
25 Januari 1779 M.)
11. Pangeran Adipati Abdur Rahman. (Lahir Hari Senin Jam 6. tanggal 15 Rabiul Akhir 1195 H
atau 27 Juni 1781 M.)
12. Pangeran Penghulu Natagama Fa’ruddin. Lahir pada tahun 1197 H atau 1783 M, (Hari
lahir, serta jam tanggal & bulan tidak tercatat).
13. Raden Ibrahim. (Lahir Jumat Jam 2. tgl & bln tdk tercatat tanggal 4 Syafar 1213 H / 15
Oktober 1797 M.)

Akan tetapi pada 2 alinea terakhir saya membaca tulisan saudara yang tertulis sebagai berikut “Naik aku ke geladak kapal Dageraad menuju Batavia. Akhirnya berlayar ke Teranati di ujung nusa. Lama tak kudengar lagi suaramu, adikku Husin tersayang. Dari tempatku nan jauh di Teranati sana. Hingga akhirnya sampai juga kabar itu ke telinga. Bahwa ananda Ahmad Najamuddin Prabu Anom telah dinobatkan menjadi Sultan. Sungguh aku percaya, kemenakan itu niscaya kan bersyahid pula seperti kita”. Mencermati tulisan dialog ini maka Tokoh yang mengeluarkan dialog terhadap Husin yang tercatat sebanyak 8 kali (Husin Adikku Tersayang, dll) adalah Sultan Akhmad Najamuddin II kesimpulan ini muncul karena kalimat terakhir si tokoh tersebut menyebutkan nama anaknya yang menjadi Sultan yaitu Akmad Najamuddin Prabu Anom.
Maaf kalau boleh sedikit saya menyampaikan masukkan lagi kepada saudara! bahwa penokohan yang saudara maksud dalam Pengadeganan Siapa Sultan Palembang? Tidak tepat!!! karena dalam catatan sejarah KPD Sultan Akmad Najamuddin II yaitu ayah dari Sultan Akhmad Najamuddin Prabu Anom bukanlah sebagai kakak dari Husin tetapi Ia adalah adik dari Raden Muhammad Hasan yang kemudian dikenal sebagai Sultan Mahmud Badaruddin II yang lahir pada malam Ahad, Jam 9. (1 Rejeb 1181 H atau 9 Februari 1768 M.). Sedangkan Sultan Akhmad Najamuddin II lahir 2 tahun kemudian tepatnya pada hari Sabtu Jam 4. (3 Ramadhan 1183 H atau 19 Maret 1770 M.) yang diberi nama Raden Husin Dhiauddin yang kemudian dikenal sebagai Sultan Mudo. Sebagai kesimpulan, jika sumber yang saudara pakai adalah buku Perang Palembang Melawan VOC maka tokoh yang tepat untuk saudara munculkan adalah Sultan Mahmud Badaruddin II (Raden Hasan) yang sedang berbicara kepada adiknya Raden Husin Dhiauddin.




Palembang, Minggu / 11 Maret 2007
*) Penulis adalah Staf Pengajar pada : Fakultas Adab IAIN Raden Fatah dan MAN 1 Palembang.



Tidak ada komentar: